Pages

Minggu, 01 Desember 2013

Cerpen



PENYESALAN HIDUP

 
               
Seorang bapak dan anaknya yang hidup di desa, dan dekat kolong jembatan. Bapak itu dikenal warga dengan orang yang ramah dan sangat  baik, bapak itu bernama pak pariman. dan mempuyai anak laki-laki yang sholeh, dan di kenal warga anak yang sopan kepada semua orang anak itu bernama adi. istri pak pariman sudah lama meningal dunia, karena mempuyai penyakit yang sangat ganas yaitu kanker otak dan ginjal yang sudah lama di deritanya. dulu Pak pariman mempuyai lima anak, 3 laki-laki dan 2 perempuan . anak pak pariman sudah berkeluarga semua, tingal adi saja yang hidup dengan pak pariman. Pak pariman hidup bersama adi di rumah yang kecil dan kumuh yang sederhana.
                Adi di tingal ibunya dalam usia 3 tahun. Adi hanya tingal dengan ayahnya di rumah yang kecil dan kumuh yang sangat sederhana dan terbuat dari triplek dan kardus, jika malam tiba keluarga itu sangat kedingginan. Dia tinggal di tempat yang kotor dan tidak layak untuk di huni oleh warga karena sangat kotor. Pak pariman terpaksa bertingal di pemukiman itu. Rumah pak pariman sangat dekat dengan  pembuangan sampah. Pak pariman bekerja sebagai pemulung sampah yang ada di dekat rumahnya. Jika pak pariman hidup menggantungkan dari mulung sampah yang di perolehnya. Uang itu tidak cukup untuk membiayayi hidup dan menyekolahkan anaknya .
                  Pak pariman mencari kerja sampingan sebagai tukang pikul. Dia bekerja sampingan di pasar swalayan. Pak pariman bekerja dalam malam hari, pak pariman menawarkan jasanya sebagai tukang pikul. Pak pariman Tidak tentu mendapatkan orang yang perlu bantuan dari pak pariman. usia Pak pariman sudah menginjak setengah baya. Dia harus bersaing dengan  tukang pikul lainnya yang masih kuat dan masih muda-muda. Pak pariman biasanya mendapatkan uang dari kerja sampingannya itu hanya dapat 10.000, itu tidak cukup untuk makan dan membiayayi adi yang masih bersekolah. Pak pariman pulang dari pasar swalayan jam 05.00. setelah pulang dari pasar pak pariman harus memasak untuk sarapan adi untuk pergi ke sekolah. Uang itu harus bisa dibagi untuk makan dan membiayayi sekolah adi, dan memberi uang  saku untuk adi yang ingin berangtak ke sekolah. Uang itu tidak cukup untuk kebutuhan adi di bersekolah. Jarak rumah adi dari sekolahan sangat jauh, adi berangkat kesekolah dengan jalan kaki.
                Adi berangkat kesekolah pagi-pagi agar tidak telat di sekolahan Jika adi sudah berangkat kesekolah, pak pariman langsung memulung sampah yang ada di dekat rumahnya itu,. adi berangkat bersekolah dengan berjalan kaki karena tidak mempuyai sepeda untuk berangkat kesekolah dan tidak mempuyai uang cukup untuk naik angkut. Pak pariman sudah tidak kuat untuk menyekolahkan adi karena tidak mempuyai uang yang lebih. Untuk makan saja masih kurang. Tapi pak pariman mempuyai tekat keras untuk menyekolahkan adi sampai ke perguruan tinggi agar menjadi anak yang sukses. Setelah adi pulang dari sekolah, adi langsung berganti baju untuk membantu ayahnya yang sedang mulung. Adi sering di ejek oleh temannya ‘kok baunya gak enak sih ,,,, bau apa ini,,,, ternyata ada anak pemulung yang baru lewat,,, awas-awas ada anak pemulung nanti bisa bau lo…..????’ tapi minat adi untuk membantu ayahnya tidak guyar gara-gara di ejek teman-temannya itu, tapi adi berbalik ejekan itu malah di buat untuk motivasi adi untuk berkembang ke depannya.
                Setelah pulang dari mulung bersama ayahnya, adi ingin mengungkapkan keinginan yang di pendam adi dari dulu Kepada ayahnya. Tapi adi tidak berani untuk mengungkapkan keinginan yang di pendam. Adi hanya bisa berdoa saja ”ya allah, apa salah hamba ya allah. Aku mengiginkan sepeda untuk memudahkan aku untuk berangakat  kesekolah. berikan rezeki kepada ayahku ya allah“, Tapi adi tetap sabar untuk menghadapi ini. Adi terima jalan kaki dari rumah ke sekolahan, padahal rumah dari sekolahan sangat jauh. Setelah beberapa hari adi mengungkapkan keinginan yang di pendam selama ini.
                               
                              “Bapak“( adi mendekati ayahnya yang adi di kursi ruang tamu)
                                            “ iya, ada apa nak”( ayah adi menjawab)
                   “bolehkah adi di belikan sepeda,pak”                           
“ayah tidak punya uang nak, buat makan dan membiayayi sekolah kamu saja         sudah kekurangan”(dan pak pariman mengatakan itu nangis tersedu-sedu)
“iya bapak” ( adi hanya menundukan kepala dan memeluk ayahnya                                                     yang ada di dekatnya itu)
“ bapak berjanji, jika bapak mempuyai uang yang cukup pasti bapak belikan sepeda untukmu nak”
Adi mengerti dengan keadaan ini.  Setelah larut malam, pak pariman dan adi langsung bergegas ke kamar untuk tidur. Tapi pak pariman mempuyai tekat keras untuk membahagiakan anaknya itu. Setelah adi tidur, kira-kira jam 3 pagi pak pariman lansung bangun dan mencari pekerjaan di luar desanya itu, pak pariman mencari pekerjaan itu di pingir-pingir kota. Pak pariman sudah menawarkan jasanya kesana kesini tapi tidak dapat pekerjaan. Setelah pagi adi bangun tidur dan langsung ke kamar mandi. Adi langsung berangkat sekolah sendiri.
                Pak pariman meningalkan pekerjaan mulungnya itu. Dia mencari pekerjan dikota-kota. Tapi pak pariman tidak mendapatkan pekerjaan. Terik panas matahari yang menyengat kulit pak pariman. Pak pariman bergegas pulang untuk beristirahat, dan pas jam adi waktu pulang. Pak pariman melihat tetanganya yang sedang membawa keranda mayat, pak pariman bertanya. Nama tetangganya pak mailan.
                     
 (Pak pariman bertanya) “ mau di bawa kemana keranda ini lan”
                (Mailan menjawab sambil agak gagap) ”keranda ini mau di bawa kerumah  bapak “
                                (pak pariman kaget) “siapa yang meninggal “
                (mailan) “ yang meninggal anak bapak, adi”
Pak pariman langsung berlari ke rumah untuk memastikan benar apa tidak perkataan pak milan itu. Ternyata perkataan pak mailan itu benar. pak pariman hanya bisa menanggis di hadapan adi dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa kepada anaknya. Pak pariman hanya bisa meminta maaf kepada anaknya yang sudah bebujur kaku di depannya. Setelah di makamkan ternyata pak pariman merenung di dalam kamar, ternyata pak pariman merenung apa yang tidak bisa untuk anaknya itu. padahal pak pariman sayang kepada anaknya itu. Sekarang ini pak pariman hidup hanya sebatang kara seperti kayu yang sudah lapuk. Dia menyesali apa yang di inginkan anaknya tapi tidak bisa membelikannya, pak pariman tidak bisa membahagiakan anaknya semata wayangnya itu. Tapi pak pariman tetap tegar menghadapi duka cita ini.
     
              Karya:   Muhammad aziz

7 komentar:

Unknown mengatakan...

kok cerpene ajeg.,.,

Unknown mengatakan...

nvcen ngono.,.

Unknown mengatakan...

eo,.,
nyesel ncen tko mburi././

asari mengatakan...

6tyt8uy8jh

Unknown mengatakan...

ra iso di woco tulisane lek..,,///

Unknown mengatakan...

mzok,,???

Unknown mengatakan...

akeh leh,.,.

Posting Komentar