PENYESALAN
HIDUP
Seorang bapak dan anaknya yang hidup di desa, dan dekat
kolong jembatan. Bapak itu dikenal warga dengan orang yang ramah dan
sangat baik, bapak itu bernama pak
pariman. dan mempuyai anak laki-laki yang sholeh, dan di kenal warga anak yang
sopan kepada semua orang anak itu bernama adi. istri pak pariman sudah lama
meningal dunia, karena mempuyai penyakit yang sangat ganas yaitu kanker otak
dan ginjal yang sudah lama di deritanya. dulu Pak pariman mempuyai lima anak, 3
laki-laki dan 2 perempuan . anak pak pariman sudah berkeluarga semua, tingal
adi saja yang hidup dengan pak pariman. Pak pariman hidup bersama adi di rumah yang
kecil dan kumuh yang sederhana.
Adi di tingal ibunya dalam usia
3 tahun. Adi hanya tingal dengan ayahnya di rumah yang kecil dan kumuh yang
sangat sederhana dan terbuat dari triplek dan kardus, jika malam tiba keluarga
itu sangat kedingginan. Dia tinggal di tempat yang kotor dan tidak layak untuk
di huni oleh warga karena sangat kotor. Pak pariman terpaksa bertingal di
pemukiman itu. Rumah pak pariman sangat dekat dengan pembuangan sampah. Pak pariman bekerja sebagai
pemulung sampah yang ada di dekat rumahnya. Jika pak pariman hidup
menggantungkan dari mulung sampah yang di perolehnya. Uang itu tidak cukup untuk
membiayayi hidup dan menyekolahkan anaknya .
Pak pariman mencari kerja sampingan sebagai tukang pikul. Dia bekerja
sampingan di pasar swalayan. Pak pariman bekerja dalam malam hari, pak pariman
menawarkan jasanya sebagai tukang pikul. Pak pariman Tidak tentu mendapatkan
orang yang perlu bantuan dari pak pariman. usia Pak pariman sudah menginjak
setengah baya. Dia harus bersaing dengan
tukang pikul lainnya yang masih kuat dan masih muda-muda. Pak pariman
biasanya mendapatkan uang dari kerja sampingannya itu hanya dapat 10.000, itu
tidak cukup untuk makan dan membiayayi adi yang masih bersekolah. Pak pariman
pulang dari pasar swalayan jam 05.00. setelah pulang dari pasar pak pariman
harus memasak untuk sarapan adi untuk pergi ke sekolah. Uang itu harus bisa
dibagi untuk makan dan membiayayi sekolah adi, dan memberi uang saku untuk adi yang ingin berangtak ke
sekolah. Uang itu tidak cukup untuk kebutuhan adi di bersekolah. Jarak rumah
adi dari sekolahan sangat jauh, adi berangkat kesekolah dengan jalan kaki.
Adi berangkat kesekolah
pagi-pagi agar tidak telat di sekolahan Jika adi sudah berangkat kesekolah, pak
pariman langsung memulung sampah yang ada di dekat rumahnya itu,. adi berangkat
bersekolah dengan berjalan kaki karena tidak mempuyai sepeda untuk berangkat
kesekolah dan tidak mempuyai uang cukup untuk naik angkut. Pak pariman sudah
tidak kuat untuk menyekolahkan adi karena tidak mempuyai uang yang lebih. Untuk
makan saja masih kurang. Tapi pak pariman mempuyai tekat keras untuk
menyekolahkan adi sampai ke perguruan tinggi agar menjadi anak yang sukses.
Setelah adi pulang dari sekolah, adi langsung berganti baju untuk membantu
ayahnya yang sedang mulung. Adi sering di ejek oleh temannya ‘kok baunya gak enak sih ,,,, bau apa ini,,,,
ternyata ada anak pemulung yang baru
lewat,,, awas-awas ada anak pemulung
nanti bisa bau lo…..????’ tapi minat adi untuk membantu ayahnya tidak guyar
gara-gara di ejek teman-temannya itu, tapi adi berbalik ejekan itu malah di
buat untuk motivasi adi untuk berkembang ke depannya.
Setelah pulang dari mulung
bersama ayahnya, adi ingin mengungkapkan keinginan yang di pendam adi dari dulu
Kepada ayahnya. Tapi adi tidak berani untuk mengungkapkan keinginan yang di
pendam. Adi hanya bisa berdoa saja ”ya
allah, apa salah hamba ya allah. Aku mengiginkan sepeda untuk memudahkan aku
untuk berangakat kesekolah. berikan
rezeki kepada ayahku ya allah“, Tapi adi tetap sabar untuk menghadapi ini.
Adi terima jalan kaki dari rumah ke sekolahan, padahal rumah dari sekolahan
sangat jauh. Setelah beberapa hari adi mengungkapkan keinginan yang di pendam
selama ini.
“Bapak“( adi
mendekati ayahnya yang adi di kursi ruang tamu)
“ iya, ada apa nak”( ayah adi
menjawab)
“bolehkah
adi di belikan sepeda,pak”
“ayah tidak punya uang nak, buat makan dan membiayayi sekolah
kamu saja sudah kekurangan”(dan
pak pariman mengatakan itu nangis tersedu-sedu)
“iya bapak” ( adi hanya menundukan kepala dan memeluk
ayahnya yang ada di dekatnya itu)
“ bapak berjanji, jika bapak mempuyai uang yang cukup
pasti bapak belikan sepeda untukmu nak”
Adi
mengerti dengan keadaan ini. Setelah
larut malam, pak pariman dan adi langsung bergegas ke kamar untuk tidur. Tapi
pak pariman mempuyai tekat keras untuk membahagiakan anaknya itu. Setelah adi
tidur, kira-kira jam 3 pagi pak pariman lansung bangun dan mencari pekerjaan di
luar desanya itu, pak pariman mencari pekerjaan itu di pingir-pingir kota. Pak
pariman sudah menawarkan jasanya kesana kesini tapi tidak dapat pekerjaan.
Setelah pagi adi bangun tidur dan langsung ke kamar mandi. Adi langsung
berangkat sekolah sendiri.
Pak pariman meningalkan
pekerjaan mulungnya itu. Dia mencari pekerjan dikota-kota. Tapi pak pariman
tidak mendapatkan pekerjaan. Terik panas matahari yang menyengat kulit pak
pariman. Pak pariman bergegas pulang untuk beristirahat, dan pas jam adi waktu
pulang. Pak pariman melihat tetanganya yang sedang membawa keranda mayat, pak
pariman bertanya. Nama tetangganya pak mailan.
(Pak pariman bertanya) “ mau di bawa kemana
keranda ini lan”
(Mailan menjawab sambil agak
gagap) ”keranda ini mau di bawa kerumah
bapak “
(pak pariman
kaget) “siapa yang meninggal “
(mailan) “ yang meninggal anak
bapak, adi”
Pak
pariman langsung berlari ke rumah untuk memastikan benar apa tidak perkataan
pak milan itu. Ternyata perkataan pak mailan itu benar. pak pariman hanya bisa
menanggis di hadapan adi dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa kepada anaknya. Pak
pariman hanya bisa meminta maaf kepada anaknya yang sudah bebujur kaku di
depannya. Setelah di makamkan ternyata pak pariman merenung di dalam kamar,
ternyata pak pariman merenung apa yang tidak bisa untuk anaknya itu. padahal
pak pariman sayang kepada anaknya itu. Sekarang ini pak pariman hidup hanya
sebatang kara seperti kayu yang sudah lapuk. Dia menyesali apa yang di inginkan
anaknya tapi tidak bisa membelikannya, pak pariman tidak bisa membahagiakan
anaknya semata wayangnya itu. Tapi pak pariman tetap tegar menghadapi duka cita
ini.
Karya: Muhammad aziz
7 komentar:
kok cerpene ajeg.,.,
nvcen ngono.,.
eo,.,
nyesel ncen tko mburi././
6tyt8uy8jh
ra iso di woco tulisane lek..,,///
mzok,,???
akeh leh,.,.
Posting Komentar